Rabu, 21 Oktober 2015
SELAMAT HARI SANTRI NASIONAL
Presiden Joko Widodo menetapkan Hari Santri setiap 22 Oktober. Penetapan Hari Santri ini dinyatakan melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tertanggal 15 Oktober 2015. “Artinya, (penandatanganan ditetapkan) pada hari ini,” kata Pramono Anung, Sekertaris Kabinet, di kantor Presiden, Kamis, 15 Oktober 2015.
Meski ditetapkan sebagai Hari Santri, Pramono mengatakan, tanggal tersebut bukan merupakan hari libur. Keputusan Hari Santri ditetapkan karena kementerian terkait setuju dengan usul tersebut, seperti Kementerian Agama, Kementerian Sosial, serta Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan.
Sementara itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendukung adanya Hari Santri Nasional. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj akan menggelar berbagai acara untuk memperingati Hari Santri, di antaranya Kirab Hari Santri Nasional, pada 16-22 Oktober 2015.Sepanjang tanggal itu juga dilaksanakan Ekspedisi Pelayaran Hari Santri Nasional menggunakan kapal perang yang diikuti 1.000 santri dengan melibatkan badan otonom, pesantren, dan ormas-ormas Islam. Dalam ekspedisi tersebut akan diselenggarakan apel lintas laut Jakarta-Surabaya-Bali.
Tanggal 22 Oktober dipilih karena mempresentasikan subtansi kesantrian, yakni spritualitas dan patriotisme, ketika Kiai Hasyim Asyari mengumumkan fatwa yang masyhur yang disebut Resolusi Jihad, merespons agresi Belanda kedua.
“Resolusi Jihad memuat seruan-seruan penting yang memungkinkan Indonesia tetap bertahan dan berdaulat sebagai negara dan bangsa,” kata Kang Said.
Pondok Pesantren Al-Futuhiyyah pun Menyambut baik datangnya Hari Santri Nasional dengan mengadakan pembacaan Dzikir, Tahlil dan Maulid diba'.
Rabu, 09 September 2015
Abuya Muhtadi Dimyathi
KH Abuya Muhtadi Dimyathi Al-Bantany yang bernama
kecil Ahmad Muhtadi dilahirkan di Kampung Cidahu Desa Tanagara Kecamatan
Cadasari Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten dari pasangan KH Abuya Dimyathi
Bin KH M. Amin Al-Bantany dan Nyai Hj. Asma’ Binti KH ‘Abdul Halim Al-Makky
pada 26 Desember 1953 M / 28 Jumadil Ula 1374 H.
Pendidikan agama awal diperolehnya waktu masih
sekolah di SR Tanagara dari ibundanya, karena ayahandanya Abuya Dimyathi Amin
pada waktu itu masih Siyahah (berkelana) di Pondok Pondok Pesantren di
Nusantara sekaligus bersilaturrahim, bertabarruk dan tholab pada para ulama
sepuh kala itu.
Setelah tamat SR pada tahun 1965 M ia diajak oleh
ayahandanya untuk ikut Siyahah sambil terus menerus digembleng pendidikan agama
dalam pengembaraan selama 10 tahun, dan pada tahun 1975 M. Ia mengikuti
Ayahandanya Iqomah di Kampung Cidahu Desa Tanagara Kec. Cadasari Kab.
Pandeglang Banten sambil merintis Pondok Pesantren.
Meski telah memimpin pesantren, bukan berarti ia
berhenti digembleng oleh ayahandanya, karena ia masih terus menerus dihujani
lautan ilmu oleh ayahandanya sampai akhir hayat ayahandanya pada 3 Oktober 2003
M / 7 Sya’ban 1424 H. Walhasil ia badzlul wus’i, mengerahkan seluruh
kemampuannya didalam mendalami ilmu agama selama 38 tahun, dan ia berhasil
mengkhatamkan banyak Kitab ulama salaf dari berbagai fan (cabang) sampai
berulang ulang dan dikaji dengan sistem pendidikan pesantren salaf huruf demi
huruf.
Dari fan ilmu tafsir, ia mengkhatamkan Tafsir
Ibnu Jarir Ath-Thabary (Tafsir terbesar) dan Tafsir Ibnu Katsir. Dari fan
Qiro’ah ia tidak cuma ahli dalam Qiro’ah Sab’ah tapi juga ahli dalam Qiro’ah
‘Asyaroh disamping juga Hafidz Al-Qur’an. Dari fan Ilmu Al-Qur’an Beliau
mengkhatamkan Al-Burhan, Al-Itqon dan lain-lain. Dari fan hadits ia
mengkhatamkan Kutub As-Sittah, dari fan fiqih ia sampai mengkhatamkan Tuhfatul
Muhtaj, Mughnil Muhtaj, Asnal Matholib, dan dari fan-fan lainnya yang ada 14
Fan.
Tidaklah berlebihan kalau ia disebut dengan Mufti
Asy-Syafi’iyyah karena sudah mengkhatamkan dan menguasai 4 Kitab pedoman
Muta’akhkhirin As-Syafi’iyyah (Tuhfatul Muhtaj, Mughnil Muhtaj, Nihayatul
Muhtaj, Asnal Matholib) dan Kitab Raudlatut Tholibin (Pegangan Para Mufti), dan
disebut dengan Al-Mutafannin (Orang yang menguasai berbagai Fan Ilmu Agama),
dan disebut dengan Al-Musnid karena sudah disahkan untuk mengijazahkan Kitab
Sanad Kifayatul Mustafid karangan Syaikh Mahfudz At-Tarmasy, dan disebut dengan
Al-Mursyid karena ia juga menguasai 14 fan Thariqah dan menjadi Mursyid
Thariqah Asy-Syadziliyyah, dan disebut dengan Syaikhul Masyasikh (Kyainya Para
Kyai) karena di setiap hari terutama hari Sabtu, Ahad dan Senin di Majlis
Ta’lim ia berkumpul para kiai alim ulama seantero Banten untuk menyerap ilmu
agama tingkat tinggi yang ia ajarkan meneruskan Majlis Ta’lim yang diasuh oleh
ayahandanya, dan pada saat ini ia membaca dan mengajarkan Kitab Raudlatut
Tholibin, Mughnil Muhtaj, Tuhfatul Muhtaj, Nihayatul Muhtaj, Al-Ihkam Fi
Ushulil Ahkam, Al-Ghunyah Li Tholibi Thariqil Haq, Ihya Ulumiddin, Shohih
Muslim, An-Nasyr Fi Qiro’atil ‘Asyr dll.
Dan yang sangat jarang dimiliki oleh
orang lain adalah ketajaman Bashirah/Mata Bathin Beliau, karena Beliau adalah
seorang Ulama yang ahli tirakat, bahkan semenjak umur 18 tahun sampai sekarang
Beliau masih menjalani Shaumuddahri/puasa setiap hari bertahun tahun.
Salah satu fatwanya yang menunjukkan bahwa ia
adalah seorang ulama nasionalis adalah fatwanya tentang Pancasila, HTI dan
Ormas sejenisnya berikut ini:
Dengan ini saya Abuya Muhtadi Dimyathi
(Ketua/Imam M3CB) berfatwa bahwa Pancasila adalah :
قاعدة كلية أقامها من
قبلنا لإصلاح من بين سابنج وميروكى
Artinya : Dasar Negara yang bersifat global
mencakup keseluruhan komponen bangsa yang dirumuskan dan disahkan oleh
tokoh-tokoh sebelum kita untuk kemashlahatan seluruh rakyat NKRI dari Sabang
sampai Merauke yang terdiri dari beragam Agama, ras dan suku.
dan juga saya berfatwa bahwa :
ألحاتيئي ومن نحا نحوهم
ليس إلا أنهم قوم مسلمون أقاموا في بلدتنا التي قاعدتها فنجاسيلا ويريدون إزالتها
محقرين ومهينين بانيها ومدعين بأنهم طاغوت, وذلك نوع من البغي, والبغي كبيرة. فلما
كان كذلك فحرام في الجملة
Artinya : HTI Hizbut Tahrir Indonesia dan
ormas-ormas Islam lainnya yang sejalan dengan HTI tiada lain kecuali kaum muslimin
yang menetap di negara kita Indonesia yang punya dasar Pancasila dan misi kaum
muslimin tersebut adalah menghilangkan Pancasila, mereka juga menghina dan
meremehkan tokoh-tokoh perumus dan pengesah Pancasila dan menganggap bahwa
tokoh-tokoh perumus Pancasila adalah taghut. Perbuatan seperti itu adalah
salah-satu macam pemberontakan terhadap Negara, padahal memberontak negara itu
dosa besar, maka HTI dan ormas-ormas Islam yang sejalan dengan HTI itu hukumnya
harom dalam beberapa masalah/situasi dan kondisi.
Demikianlah sekilas biografi KH Abuya Muhtadi
Dimyathi Al-Bantany yang penulis ketahui langsung dari beliau aqwaalan wa
ahwaalan, semoga kita dapat mengambil hikmahnya. Amiin ya Rabbal ‘Alamiin.
Sumber : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,61018-lang,id-c,tokoh-t,KH+Abuya+Muhtadi+Dimyathi++Mufti+Syafi%E2%80%99iyyah+Nasionalis+dari+Banten-.phpx
Selasa, 08 September 2015
Rezeki Yang Tidak Disangka
Rezeki merupakan salah satu rahasia Allah. ia tidak dikalkulasi
dengan nalar manusia.Rezeki tidak hanya berbentuk materi / harta benda,
tapi bisa jadi berupa immateri/fikir dan Rasa.
Rezeki seringkali pula bergerak diluar jangkauan nalar. itulah yang disebut dengan rezeki yang tidak disangka-sangka.
Dan Syarat untuk mendapatkan Rezeki yang tidak disangka-sangka, adalah dengan cara bertakwa kepada Allah.
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman :
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
“Siapa yang bertakwa kepada Allah menjalani perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, maka akan diberikan padanya jalan keluar dalam menghadapi masalah hidup, akan dibukakan pintu rezeki dari arah yang tidak pernah ia sangka-sangka sebelumnya ” (Tafsir Ibnu Katsir : 4/487)
Apa itu takwa?
Takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, yang mana keduanya harus berjalan bersamaan beriringan, Belum bisa dikatakan Takwa yang sempurna, jika seseorang masih mengerjakan dosa ma’siat, walaupun ia rajin beribadah ATAU seseorang yang sudah meninggalkan larangan Allah namun belum mau beribadah.
Bagaimana cara kita mencapai derajat takwa?
kita harus BELAJAR AGAMA! jika kita tidak belajar bagaimana mungkin kita bisa mengetahui apa itu takwa. kalau kita tidak mengetahui apa itu takwa, bagaimana mungkin kita bisa menjadi orang yang bertakwa.
Bakr bin Khunais berkata :
“Bagaimana bisa menjadi orang yang bertakwa, sedangkan ia sendiri tidak tahu apa itu takwa!”
Semoga Allah, menjadikan kita, keluarga dan keturunan kita, serta semua muslimin termasuk ke dalam golongan hamba – hamba Allah yang mau belajar, sehingga kita bisa menjadi hamba-hambaNya yang bertakwa, amin.
tapi bisa jadi berupa immateri/fikir dan Rasa.
Rezeki seringkali pula bergerak diluar jangkauan nalar. itulah yang disebut dengan rezeki yang tidak disangka-sangka.
Dan Syarat untuk mendapatkan Rezeki yang tidak disangka-sangka, adalah dengan cara bertakwa kepada Allah.
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman :
ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتوكل على الله فهو حسبه
Artinya : “Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, Dia akan membuat
baginya suatu jalan keluar. dan, Dia akan memberikan rezeki kepadanya
dari mana saja yang tidak pernah ia menyangka. dan barang siapa
bertawakal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupi baginya. .. ” (Ath
Thalaaq, 65 : 2-3/4)Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
“Siapa yang bertakwa kepada Allah menjalani perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, maka akan diberikan padanya jalan keluar dalam menghadapi masalah hidup, akan dibukakan pintu rezeki dari arah yang tidak pernah ia sangka-sangka sebelumnya ” (Tafsir Ibnu Katsir : 4/487)
Apa itu takwa?
Takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, yang mana keduanya harus berjalan bersamaan beriringan, Belum bisa dikatakan Takwa yang sempurna, jika seseorang masih mengerjakan dosa ma’siat, walaupun ia rajin beribadah ATAU seseorang yang sudah meninggalkan larangan Allah namun belum mau beribadah.
Bagaimana cara kita mencapai derajat takwa?
kita harus BELAJAR AGAMA! jika kita tidak belajar bagaimana mungkin kita bisa mengetahui apa itu takwa. kalau kita tidak mengetahui apa itu takwa, bagaimana mungkin kita bisa menjadi orang yang bertakwa.
Bakr bin Khunais berkata :
“Bagaimana bisa menjadi orang yang bertakwa, sedangkan ia sendiri tidak tahu apa itu takwa!”
Semoga Allah, menjadikan kita, keluarga dan keturunan kita, serta semua muslimin termasuk ke dalam golongan hamba – hamba Allah yang mau belajar, sehingga kita bisa menjadi hamba-hambaNya yang bertakwa, amin.
Langganan:
Postingan (Atom)